Sabtu, 16 April 2022


Sedikit Kisah dibalik Debur Ombak

Oleh : Erlina Novita Sari

 

“Laut mengamuk disela tidur lelap

Melarutkan diri bersama gelombang ditengah angin

Rasa was was dan khawatir, tampaknya tidak menjadi alasan untuk menyurutkan niat dalam megabdikan diri bagi bangsa, menyemai mimpi.

Dalam desakan ombak ang menyudukan kapalku

Akhirnya mengantarkan kami bersandar di Masalembu”

 

Mulai dari keberangkatan yang terencanakan batal sebab ketidakpastian PPKM serta banyak hal, ditengah pasang surut niat akhirnya pada hari ini, tanggal 15 Agustus 2021, kami semua berangkat ke Masalembu. Beranggotakan kesebelasan, kami siap melakukan kegiatan pengabdian Masyarakat dan memberikan program-program terbaik yang bisa kami lakukan. Sebelumnya, aku akan menjelaskan tentang pulau yang kami tuju dan korelasi puisi yang ada bagian atas kertas ini. Pulau Masalembu adalah pulau yang ada di Kabupaten Sumenep, meskipun berada di teritori Jawa Timur namun lokasi pulau ini termasuk kedalam pulau terluar Jawa Timur sebab bayangkan saja, perjalanan yang kami habiskan untuk menuju kesana adalah 17 jam. Sementara jarak pulau Masalembu di Pulau kalimantan hanya berjarak 7 jam. Dibalik angin yang kencang dan transportasi yang ekstrim yakni perahu barang kami dengan nekat menempuh perjalanan. Hal ini disebabkan PPKM membuat kapal penumpang yang biasa menjadi transportasi utama menuju Masalembu  tidak berjalan. 17 Jam kami berdesakan dengan barang-barang dan juga rekan, tapi jika boleh jujur disinilah letak cerita seru dibalik perjalanan ini.

 Pulau masalembu terdiri dari tiga pulau utama yakni Masalembu sendiri, Masa Kambing dan Pulau Karamaian. Mungkin beberapa orang tidak asing dengan keberadaan pulau ini sebab dulunya pulau ini terkenal dengan berita tenggelamnya kapal Thampomas II pada 27 Januari 1981. Dibalik kisah Tampomas yang menyedihkan Pulau masalembu menyimpan banyak sekali pesona yang luar biasa. Ketika pertama kali menginjakkan kaki disana, air biru yang jernih dan juga ikan-ikan didermaga meyambut dengan cantiknya. Karena terbiasa melihat pelabuhan yang keruh dan kotor di daerah Perak, Surabaya, otomatis mataku langsung menjelajah penuh takjub, tak henti mengatakan “woah” sebab melihat indahnya air di pelabuhan tersebut. Ketika sudah sampai, aku sudah bisa menduga, petualangan yang indah akan segera dimulai.

            Kami bersebelas adalah orang yang tidak begitu saling kenal pada awalnya, sebelas mahasiswa dari seluruh daerah di Indonesia. Hanya berbekal komunikasi dari telepon untuk merumuskan program yang akan kami jalankan di Masalembu,  kami mencoba saling akrab satu sama lain. Kukira akan ada kesulitan dalam proses pendekatan itu namun siapa sangka bahkan  kami tak perlu berusaha untuk bisa dekat sebab secara alami kebobrokan kami mendekatkan kami semua. Yap, kamu menjadi sangat akrab hanya dalam waktu sehari. Benar apabila ada orang berkata problem  adalah proses lain dari integrasi,  problem yang terjadi dikapal yakni  tidur diperahu berdesak-desakan, berbagi tempat dengan beras, merica dan burung, mabuk laut dan ombak yang membuat tekanan batin dan banyak lagi membuat kita bisa berkenalan secara dekat. Orang-orang tersebut adalah kak maliki, kak aldo, kak arganta, kak bagas, destya, jeki, surur, faiq, kak amanda, atha dan umi. Mereka adalah orang-orang luar biasa yang membersamai dipulau ini. Kegiatan kami selama tujuh hari di masalembu diisi dengan kegiatan pengabdian masyarakat yakni mengajar, bersosialiasai dengan masyarakat, membersihkan sampah dan melakukan aktivitas lingkungan serta menjelajah tipis-tipis pulau masalembu. Ada banyak sekali aktivitas yang kami lakukan, tapi pasti sudah banyak diceritakan oleh rekan-rekan yang lain. jadi dalam tulisan ini izinkan aku untuk menceritakan hidden gems  Pulau Masalembu hehe meskipun aku tidak tau apakah yang aku ceritakan ini benar-benar yang pertama kali kamu baca.

            Pulau Masalembu dihuni oleh masyarakat-masyarakat yang ramah, ralat –sangat ramah- maksudku. Mereka bahkan menawari banyak makanan setiap hari ketika kami berkegiatan. Jika dihitung seperti ini, pagi hari kami diberikan makanan berupa jajanan trandisional masalembu, kemudian besoknya rumah tinggal sementara kami dipenuhi oleh buah-buah. Siangnya kami diminta untuk mampir dan membakar ikan disana, ikan yang kami bakarpun tidak hanya satu dua ekor tapi satu baskom besar, terhitung sudah empat kali kami merampok ikan disana, makan dengan nyaman dan kenyang. Masyarakat disana mengatakan bahwa pada waktu kami datang kesana, bertepatan pada saat musim pocokan, yakni istilah yang digunakan masyarakat Masalembu untuk menyebut hari hari ketika ikan berkumpul sehingga ikan yang mereka tangkap melimpah. Ketika membeli makan disana, menu-menu yang disediakan juga tidak begitu jauh berbeda dengan yang ada didaerah kita, namun bedanya, hanya berbekal uang 5000 maka kita bisa makan seperti porsi 10.000 di Surabaya. Harga lauk ikan dengan ayam juga memiliki kesenjangan yang cukup jauh. Ketika lauk 5000 bisa mendapat sepotong ikan Tongkol, maka dengan uang 15.000 kita baru bisa menikmati nasi yang sama dengan lauk ayam. Kami semua sempat berfikir, wah pasti anak disini cerdas-cerdas sebab dari kecil makannya sudah ikan. Dan ternyata apa yang kami fikirkan terjawab setelah melakukan kegiatan Ngajar di salah satu SD disana.

            Kegiatan Ngajar, dilakukan selama tiga hari berturut-turut di salah satu yayasan di Pulau Masalembu dengan target yang berbeda. Pada hari pertama kami mengajar anak SD, hari kedua SMP dan terakhir SMA. Dari tiga jenjang yang kami ajar, SD dan SMP menjadi pengalaman yang paling menarik menurutku sebab aku menemukan banyak sekali anak-anak emas yang ada disana yakni pemberani, mau mencoba, mau belajar dan tentunya bermimpi besar. Mereka merespon kegiatan belajar mengajar dengan baik, mau bertanya dan mau balajar meskipun metode yang kami pakai adalah praktik, belajar sambil bermain. Secara garis besar mereka sama seperti anak-anak yang ada di daerah sekitarku, namun mereka lebih responsif dan menghargai orang disekitarnya, mungkin karena intensitas mereka terhadap gadget yang minim turut mempengaruhi interaksi dengan sesama jadi kesadaran mereka terhadap apa yang terjadi disekitarnya terjaga dengan baik. Semua sama hanya saja keterbatasan fasilitas membuat mereka kesulitan dalam belajar, kurangnya sumber daya manusia dalam pengajaran. Berbicara mengenai akses internet, Pulau Masalembu bisa dikatakan cukup susah sinyal. Bagaimana tidak, ketika tujuh hari disana, hampir saja kami semua tidak mendapat akses internet jika tidak ada warung wifi disana. Satu-satunya tempat komunikasi kami yang jaraknya cukup jauh dari rumah tinggal kami. Sebenarnya beberapa provider bisa diakses disana namun tetap saja sinyal yang terjaring maksimal hanya 3G. Di Masalembu juga ada beberapa warung internet yang buka namun kami memutuskan untuk berpusat di Alfa net, sebuatan warung internet langganan kami. Beberapa waktu lalu ketika sedang berada di alfanet, aku didatangi oleh bapak-bapak yang bercerita banyak hal tentang Masalembu, pada awalnya, beliau berbahasa bugis, kemudian berbahasa madura dan kembali lagi berbahasa Bugis, dari situ aku teringat, bahwa masyarakat yang ada di pulau ini, terdiri dari tiga suku yakni Mandar, Bugis dan Madura. Aku yang dulunya pernah membaca info tersebut dari sebuah buku kemudian merasa tertarik ketika bapak tersebut bercerita tiga suku tersebut masih mempertahankan identitasnya masing-masing namun bisa hidup berdampingan dengan baik. Jika kita ke kampung Mandar maka akan kita lihat rumah-rumah adat Mandar dan bahasa Mandar disana, begitu juga Bugis, masih terdapat rumah-rumah bugis dan madura yang ada disana. Wah seperti TMII mini ya batinku dalam hati. Lantas benar saja, ketika kami menuju pantai Sono dan melewati jalanan, masih kami lihat rumah-rumah panggung yang berjejer indah. Percampuran suku sebab pernikahan juga sering terjadi disana, seperti dua kakak yang ikut duduk menyimak bapak itu yang kuketahui asli bugis dan satunya percampuran bugis dan madura. Didalam rumah bahasa yang digunakan juga bahasa keduanya


                Pantai-pantai yang ada dimasalembu bisa dibilang masih sangat alami dan indah. Kami mendatangi dua pantai terkenal di Masalembu yakni pantai Masna dan Pantai Sono. Ada fakta yang menarik namun mistis dibalik penamaan pantai Masna. Pantai Masna diambil dari nama seorang perempuan yang meninggal di pantai tersebut, ditemukan meninggal akibat terseret ombak. Pengalaman yang menurutku mengesankan adalah ketika kami berenang di dermaga. Terjun dari atas dan berenang dilautan, itu adalah kali pertamanya aku terjun dan berenang dilaut. Meskipun tidak terlalu dalam tapi lumayan lah hehe akhirnya bisa berenang dilaut. Ternyata air laut asin sekali ya, perih juga dimata kalau tidak pakai alat-alat yang memadai. Pengalaman-pengalaman yang ada di Masalembu selamanya akan menjadi cerita yang indah. Bersama orang-orang yang menginspirasi dan menjadi support sistem, mengabdi dan menyemai mimpi untuk Indonesia, seakan adalah komposisi lengkap untuk perjalanan dalam mewujudkan perubahan. Terimakasih cerita indahnya, Perjalanan menuju Masalembu membuat kita cemas sebab ombak yang tak bersahabat namun banyak rindunya sebab semua cinta kita dapatkan dari sana. See you next time Masalembu.


Continue reading

 
Masalalu, berisi dongeng-dongeng indah yang membentuk karakter diri, selayaknya perca dengan beragam motif yang tak lain da tak bukan adalah peristiwa. Berwarna-warni dengan beragam suka.. beragam duka..
Sekilas rajutan perca memang terlihat acak, namun dia adalah pakaian yang saat ini kita kenakan.  Semakin banyak proses yang kita jalani, semakin pakaian itu indah dan melindungi kita di badai-badai maupun musim semi yang akan datang.
Pengalaman dan masalalu, adalah hal-hal yang kita bawa menuju masa depan. Kita mungkin tidak hidup di masa lalu, tapi masa lalu hidup di dalam diri kita. Seperti perca, dengan warnanya yang acak, semua orang jika diberi kesempatan akan memilih kain seperti apa yang akan mereka jahit. Kain-kain yang bermotif cerah, bahagia dan tentram adalah kesukaan semua orang.  Namun nyatanya, kita semua tak diberikan kesempatan untuk itu.. manusia tidak diberikan pilihan untuk memilih..
Aku percaya, masa depan adalah masa terbaik yang harus dihadapi. Masalalu adalah masa yang sudah berakhir yang dipenuhi catatan evaluasi. Langkah demi langkah tertiti dari masalalu, dan yang harus kita tatap adalah masadepan.
Namun.. Jika boleh untuk kembali beberapa detik saja untuk menyampaikan apa yang perlu diperbaiki
Maka yang kupilih adalah membangun diriku dengan lebih baik, membangun hubungan antar manusia daan hidup semua yang diciptakan Tuhan. Sebab sejatinya manusia tak akan pernah puas dan selalu menginginkan yang terbaik, maka yang kuinginkan pun sama, melakukan yang terbaik .. baik dimasa lalu dan masa depan.
Dalam buku filosofi teras, terdapat kutipan menarik yang kubaca
Percuma kalau kita menjadi bijak dan tahu segala hal, tetapi memutus hubungan dengan sesama. Seabaliknya, percuma juga kita aktif secara sosial, tetapi tidak menggunakan nalar, dan bahkan sampai dikuasai emosi negatif, seperti marah, dengki dan iri hati. Penggunaan nalar dalam hidup sosial berjalan beriringan. Kita semua tahu bahwa hidup dengan orang lain pada kenyataannya memang tidak mudah. Setiap hari kita akan berhadapan dengan perilaku orang lain. Para filsuf Stoa menyadari sepenuhnya hal itu”
Sekali lagi, Kita mungkin tidak hidup di masa lalu, tapi masa lalu hidup di dalam diri kita. Kita saat ini adalah versi terbaik kita dimasa lalu jika terus memperbaiki diri, kita tidak tahu dimana ujung perjalanan ini, kita tidak bisa menjanjikan apapun. Tapi, selama kita mampu mengambil hikmah, mimpi-mimpi adalah prioritas dan masalalu adalah pembentuk terbaiknya. -Catatan 2019




Continue reading

Kamis, 12 November 2020

Digelitiki Mimpi

 

Pagiku menggelitik

Menyimpul senyum disela mimpiku kemarin malam

Sedikit cahaya dari redup lampuku seperti memintaku kembali

Bukan kembali kedunia nyata tapi menemuimu kembali dalam mimpiku

Mimpi indah ataupun setengah indah aku masih tetep tersenyum memikirkanmu

Rupanya

Alam bawah sadarku sedikit banyak merestuimu.

Continue reading Digelitiki Mimpi

Senin, 23 Maret 2020

Masalah Kita Sejak Lahir


Sejak kita lahir, gerakan-gerakan peduli lingkungan terutama tentang plastik telah digalakkan. Banyak informasi mengenai dampak plastik terhadap lingkungan. Namun meskipun lekat dan terngiang-ngiang dalam kehidupan, pengetahuan kita tentang plastik justru masih sangat kurang. Entah tak acuh atau sedang sengaja mengetes kebenaran.  Aktivitas-aktivitas membuang sampah dan konsumsi plastik masih dengan bangga kita lakukan. Tanpa kita sadar kita sedang merakit penyesalan.  Hampir 20 tahun berlalu, dan bom waktu telah meledak. Hampir tak ada tempat untuk sekedar berpijak dari tempat yang bebas dari sampah.  Kita tak punya pilihan selain bergegas mencari solusinya
Sejak kemunculannya, plastik telah menjadi primadona karena daya tahan tinggi dan keefisienannya, plastik dapat menoleransi panas, keras, reliency dan lain-lain, hingga dapat dipastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri. Harga yang lebih murah, komposisi yang ringan serta produksi yang tak terhingga, membuat semua lapisan masyarakat menggunakan plastik dalam keseharian mereka. Namun ada beberapa hal yang masyarakat lupa tidak ketahui dalam penggunaan “tak terbatas mereka” yakni komposisi plastik yang  ternyata membahayakan. Tak disangka, daya tahan plastik yang tinggi juga menjadi masalah karena alam tidak sanggup mengurainya dalam waktu yang singkat. Terlambat kita ketahui “sampah menjadi musuh alam”
Sampah tidak dapat membusuk dan perlu waktu yang lama untuk menguraikannya. Sampah plastik biasa terhitung 10-20 tahun agar bisa hancur, botol plastik dengan polimer yang lebih tebal dan kompleks membutuhkan waktu 100 tahun untuk terurai. Umur mereka bahkan lebih panjang dari umur manusia, hingga ketika kita mati, sampah-sampah yang kita hasilka akan tetap bergentanyangan dimuka bumi dan terus bersama generasi-generasi kita. Atau barangkali sampah-sampah yang menghantui kita dan membuat lingkungan rusak saat ini adalah sampah-sampah yang dihasilkan oleh generasi sebelum kita, kakek nenek kita.
Sejak awal tahun 1970, peringatan tentang bahaya plastik telah didengungkan, litratur ilmiah, pembahasan dalam rubrik-rubrik berita telah mulai membahas mengenai dampak plastik dalam kehidupan. Sayangnya, hanya sedikit reaksi yang ditunjukan oleh beberapa golongan. Waktu dengan cepat berlalu, pertumbuhan industri, modernisasi, pergantian pola kehidupan makin mengagungkan plastik dan membuatnya menjadi properti unggulan yang produksinya jauh lebih bervariasi. Berbagai kualitas ditawarkan, plastik makin massif diproduksi. Disisi lain pula, beberapa plastik seperti plastik kemasan  menjadi barang sekali pakai, pembuangannya tidak terarah dan tidak dengan prosedur yang benar. Masyarakat bergantung pada plastik, begitupun juga pembuangannya yang sembarang semakin membudaya.
Isu sampah plastik telah banyak diangkat menjadi isu global, komunitas-komunitas banyak bergerak dan mulai menstimulus gerakan-gerakan menolak plastik. Pemerintah banyak melakukan pertemuan dan merumuskan gerakan membebaskan dunia dari penyakit plastik.  tapi masyarakat masih saja diam tak acuh. Sampah sampah yang berada dilaut berasal dari aliran sungai yang bermuara, sampah mengalir bersama mereka hingga terombang-ambing dilautan lepas. Ekosistem menjadi rusak, kebanyakan kita berpikir setelah membuang sampah urusan kita selesai, nyatanya itu adalah awal dari kehidupan pengrusakan baru dimulai. Sampah-sampah menjadi parasit dan melukai hewan-hewan. Mematikan tumbuhan.
(Gambar : greeners.Co)
Karena sampah plastik telah menjadi isu utama global, Badan Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah melakukan pertemuan di Nairoby, Kenya pada tahun 2007. Dalam pertemuan tersebut, badan lingkungan PBB mendeklarasikan resolusi tentang sampah plastik dan mikroplastik. Mereka membahas rencana pencegahan dan pengurangan polusi laut secara signifikan.
Dalam upaya mensukseskan resolusi-resolusi pemerintah dan organisasi dunia yang ingin menyelamatkan bumi. Maka masyarakat harus saling bahu membahu dalam seluk beluk penanganannya, masyarakat dilarang acuh apalagi menyepelekan.
Cara- cara mengatasinya harus dilakukan oleh semua elemen atau tatanan dalam masyarakat.  Pemerintah dapat memulai dengan mengatur produsen sehingga bertanggungjawab pada siklus hidup produk-produknya, mulai dari bahan yang digunakan, jenis produk apakah produk yang digunakan adalah sekali pakai atau kemasannya dapat disimpan dan digunakan dan diulang-ulang. Untuk produk-produk yang tidak bertahan lama, kemasan yang digunakan harusnya bersifat organik atau paling tidak mudah terurai. Atau jika perlu,  produk  yang digunakan yakni kemasan harus sesuai dengan expired atau waktu kadaluarsanya. Jadi begitu barang tersebut kadaluarsa, maka tidak perlu digunakan waktu yang lama untuk pembungkus tersebut hilang atau terurai.
Para Produsen yang notabene penghasil sampah plastik karena tingginya pemakaian produksi kemasan harus bertanggungjawab dan menciptakan inovasi untuk siklus hidup produk yang dihasilkannya. Banyak produk-produk terkenal yang mengkampanyekan tentang ‘Daur ulang” mereka melabeli plastik produk mereka dengan produk daur ulang dan mengkampanyekan tentang kepedulian sampah-plastik. Tapi kemudian, apakah hal tersebut benar-benar mereka lakukan? Atau hanya sebatas kampanye openg untuk melindungi produk mereka, atau sekedar permainan dagang?
Kemudian pemerintah harus memperhatikan peta jalan nasional penanganan sampah plastik. Tentang bagaimana kelanjutan sampah ketika sudah sampai di TPA, tentang sampah-sampah tersebut apakah sampah-sampah tersebut bisa hilang dari muka bumi dan tidak ada ruang pembuangan lagi setelah “Tempat Pembuangan akhir”. Apakah sampah-sampah tersebut di proses dengan benar atau hanya sebatas dibuang dilautan lepas atau lahan luas yang pada akhirnya juga merusak ekosistem?  Inovasi-inovasi penanganan sampah harus selalu digiatkan. Para generasi muda, ilmuan, peneliti, masyarakat umum yang memiliki kepedulian dan gagasan dalam pengelolaan sampah harus diberi ruang.
Untuk  masyarakat sendiri, kita semua dapat memulai dari langkah yang paling sederhana, melakukannya dengan tangan kita sendiri kemudian menyebarkannya agar dilakukan oleh masyarakat luar. Langkah sederhana itu disebut dengan 5R:
·         Reduce (Mengurangi)
Artinya, kita dapat mengkampanyekan dunia untuk mengurangi sampah plastik dengan memakai totebag saat berbelanja misalnya, mengganti sedotan plastik sekali pakai menjadi sedotan besi atau bambu
·         Refuse (Menolak)
Kita dapat menolak ketika seseorang memberi kita benda-benda plastik. Ini adalah cara yang paling mudah untuk mengurangi sampah plastik. Dengan kita berani menolak dan memberi tahu sekitar kita, maka sampah plastik akan dapat dikurangi
·         Remove (Memindah/Menghapus)
Cara sederhana adalah membersihkan atau mengambil sampah-sampah yang ada disekitar kita dan meletakkannya di tempat sampah, dengan begitu, lingkungan akan tampak bersih dan sampah-sampah yang dibuang di tempat yang benar juga akan melalui proses-proses yang benar. Berbeda ketika kita enggan mengambil sampah tersebut dan membiarkannya tetap beada di tanah, atau genangan air misalnya. Dia akan menjadi pengganggu bagi lingkungan tersebut.
·         Reuse (menggunakan kembali sampah plasik yang masih bisa digunakan)
Yakni memanfaatkan ulang barang-barang bekas dengan tujuan yang sama atau berbeda dari tujuan awalnya, misal menggunakan botol bekas untuk pot bunga ditaman atau memakai kaleng bekas untuk tempat pensil. Prinsip reuse adalah memakai barang-barang atau plastik yang sudah dipakai untuk digunakan kembali. Membawa tumblr sendiri untuk menghindari penggunakan bool kemasan misalnya.
·         Recycle (Mendaur ulang untuk menghindari limbah plastik)
Beberapa kemasan plastik dapat diubah dalam bentuk lain yang bermanfaat bahkan setelah tidak digunakan. Misalnya tas belanja dari kemasan plastik atau boneka dari kain perca.
Dari sini mari saling menekankan bahwa sampah plastik memang tak baik untuk kita. Meskipun kita sudah terdesak, tapi kita masih punya cara untuk mengurangi dampak. Inovasi dan gagasan kita ditunggu maka mari luangkan waktu. Untuk mengkpampnyekan dan menujukan dunia, bahwa dibalik hingar bingar modernisasi dan globalisasi. Kita sedang terpojok.
Sumber : cnn gaya hidup bumi untuk awet muda.

Erlina Novita sari, mahasiswa Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu budaya Prodi Sosiologi Universitas Trunojoyo Madura 2019

Continue reading Masalah Kita Sejak Lahir

Senin, 09 Desember 2019

Mata Angin Nusantaraku oleh : Erlina Novita


Dengarlah malam mendendangkan lagu-lagu sunyi
Menabuh gendang pada samak kulit sapi yang berdebu
Bunga kamboja jatuh dari pucuk pura
Menyanyikan lirik-lirik pada jiwa yang sedang menyepi
Bersembahyang dengan hening memanjatkan puja bagi Sang Hyang Widhi

Anak gembala meniupkan seruling pesisir
Mengurai angin dari lembah Pajudan
Celurit adalah ungkapan rasa lebih dari aksara
Penghormatan tertinggi atas harga diri manusia

Kuda perkasa berlari dari padang ilalang yang rendah
Anak kerbau tersipu dalam lanskap savanah Sumba
Bapak tua duduk diatas batu yang pecah
Menyesap pinang menikmati angin menyapu air muka yang mengeriput

Bapak tua memejam mata
Menikmati tiap-tiap karunia yang berhamburan di tiap jengkal pandangannya
Kepemilikan rakyat dan adat tanpa adanya sengketa
Tanahku tanah khatulistiwa
Sulur tumbuh dari kayu pancang tenda

Tanahku tanah makmur
Biji Kacang berhambur namun tumbuh subur
Indonesiaku tiga puluh tiga mata angin
Bukan mata arah namun mata budaya
Jangan nodai adat dengan kedurhakaan
Jangan pecah belah tali ibu dengan ujaran kebencian
Tanah ku tanah mu
Mata angin kita bukan hanya empat penjuru

(Bangkalan, 17 Oktober 2019)


Continue reading Mata Angin Nusantaraku oleh : Erlina Novita

Mentari Menari diatas Pohon Trembesi


(Diterbitkan dalam buku Antologi "Arah langkah")

Mentari menari diatas pohon trembesi
Sinarnya membelai punggung daun yang gugur
Menyibak segala asa mendukungnya jatuh dari tangkai
Kunikmati sunyi yang paling damai
Membantu meluluhkan waktu dalam jiwaku
Menghilangkan jejak ada mu dalam relungku
Mungkin..
Memejam sejenak adalah caraku lari dari dunia
Merenggut kembali rindu-rinduku yang ditawan jarak

Mentari menari diatas pohon trembesi
Kunikmati hembusan angin paling lembut menerpa mataku
Mengeringkan hujan yang jatuhnya hanya di kelopak
Mendekap tubuh dengan beribu macam rasa
Begini cara rindu menghabisi
Mengeruk rasa menampilkan semu dalam mata
Seakan kau ada

Mentari menari diatas pohon trembesi
Kunikmati sepi yang paling lama berjalan
Waktu seakan bergerak setetes
Membiarkan aku bercengkrama dengan ruang
Tanpamu, aku hanyalah resah dalam kebisuan





Continue reading Mentari Menari diatas Pohon Trembesi

Selasa, 20 Agustus 2019

Kolaborasi Untuk Negeri ; Membangun Relasi Nyata Untuk Langkah Besar Perubahan


Membangun Relasi Nyata Untuk Langkah Besar Perubahan
Karya: Erlina Novita sari

Never doubt that a small group of thoughtful commited citizens can change the world: indeed, it’s the only thing that ever has. – Margareth Mead
Seringkali, orang beranggapan bahwa sekelompok manusia yang berani melawan arus untuk sebuah perubahan adalah kumpulan orang dengan usaha yang sia-sia. Mereka menutup sebelah mata dan meniadakan eksistensi kelompok tersebut karena dianggap keluar dari kebiasaan dan zona nyaman mereka, tanpa mereka sadari, bahwa kelompok kecil tersebut adalah power tersembunyi dimasa yang akan datang, atau bahkan power terpenting yang akan mereka butuhkan untuk keberlangsungn hidup mereka. Kelompok-kelompok tersebut tersebar dalam banyak aspek bidang, diantaranya bidang lingkungan, social, healthy life dan banyak lagi.  Pertanyaan yang kita angkat kali ini adalah “Di kubu manakah kita berada sekarang?”
Mari kita telisik pada sesuatu yang lebih spesifik. Deforestasi hutan yang makin merajalela, spesies langka yang kian hari makin berkurang populasinya, bahkan ada yang sudah diprediksi akan punah dalam 5 tahun mendatang. Eksistensi lingkungan hanya sebatas ruang untuk memperoleh keuntungan bagi manusia semata, tanpa memikirkan apa yang terjadi dalam jangka 10 tahun yang akan datang. Mulai banyak hati yang tergerak menyuarakan perubahan-perubahan untuk keberlangsungan alam. Namun pertanyaannya, sudahkan kita menjadi bagian dari manusia yang membawa perubahan tersebut? Apakah kita peduli bahwa burung macau spix atau cyanopsitta spixiii sudah dinyatakan punah pada September 2018 lalu? Apakah kita peduli bahwa great pacific garbage patch atau kumpulan sampah plastic di samudera pasifik sudah seluas daratan indonesia dan diperkirakan semakin luas setiap tahunnya? Apakah kita peduli bahwa plastik yang kita gunakan untuk membungkus barang kemudian dibuang  akan teruraikan 50-100 tahun yang akan datang?
Dimulai dari pemikiran-pemikiran sederhana kita untuk mau bertanya, apa kontribusi kita untuk hal tersebut, perubahan bisa terjadi. Apakah hanya berlaku untuk perubahan di bidang alam dan lingkungan? Tentu tidak. Banyak hal-hal yang perlu kita rubah dalam kehidupan di dunia ini, banyak masalah-masalah yang harus kita selesaikan sebagai generasi yang akan memegang jagat dalam kurun waktu 25 tahun yang akan datang. Namun, dalam bidang apapun yang akan kita gerakan, kita harus memiliki planning yang tepat untuk perubahan tersebut. Banyak orang menginginkan perubahan untuk kehidupan yang lebih baik. Namun tak pernah tau langkah awal untuk memulainya. Everyone thinks of changing the world but no one thinks of changing himself. Perubahan diawali oleh diri kita sendiri, dimulai dari pola berfikir kita dan kebiasaan-kebiasaan kita. Segala gerakan hebat berasal dari dalam diri kita sendiri.
Namun apakah cukup jika kita bergerak secara sedirian. sedangkan kekuatan yang lebih besar bisa kita ciptakan jika kita bergerak secara team, koloni semut jauh lebih kuat dibandingkan seekor semut yang bergerak sendirian. Itulah mengapa kita harus bisa menjadi infuencer bagi orang di sekitar kita untuk berani berubah, setelah menemukan pencerahan pada diri sendiri, saatnya mencari masa untuk sebuah kelompok perubahan.
Cara-cara yang dapat kita lakukan untuk menjadi seorang infulencer dimulai dari hal yang paling dekat dengan kita.  Melihat terjadinya fenomena apatisme yang di alami remaja milenial sudah berada pada tingkat yang memprihatinkan dimana mulai hilangya interaksi primer yang ditunjukan oleh sikap asosial remaja. Dimana generasi lebih akrab dengan teknologi dibanding dengan lingkungan sekitar. Karakteristik milenial yang mengedepankan kolektivitas, identitas, dan media social,.“Generasi Nunduk’ yang dengan gamblang menyatakan mereka lebih suka berinteraksi dengan media virtualnya. Jika hal tersebut terus berlanjut, maka ancaman runtuhnya interaksi primer akan semakin besar. Melihat hal tersebut, kita bisa mencari jalan untuk mengeluarkan mereka dari zona nyaman. Menyesuaikan dari karakteristik remaja milenial yang lebih fleksibel, kita bisa menciptakan zona komunikasi yang lebih santai dan tidak mengekang,  mengarahkan mereka pada fenomena-fenomena yang sering mereka hilangkan di dunia nyata. Cobalah untuk mengusik zona nyaman mereka, karena zona yang tidak lagi nyaman, cenderung mudah untuk menerima suatu perubahan. Langkah kedua yang bisa kita lakukan adalah perubahan bertahap untuk mengurangi jumlah penentang, yaitu orang-orang yang menganggap sebelah mata kelompok perubahan. Dengan aksi yang nyata, mereka akan dapat melihat dan menjadikan hal tersebut sebagai motivasi untuk mengikuti perubahan yang ada. Langkah ketiga yang bisa kita lakukan adalah menstabilkan kondisi dari kelompok atau organisasi kearah yang lebih kondusif, dengan manajemen organisasi yang baru dan suasana yang mengarahkan pada tujuan.
 Dengan cara-cara tersebut, maka segala perubahan yang kita gerakan akan berjalan dengan baik,dengan kolaborasi yang baik antar individu akan menghasilkan suatu perubahan yang besar. Seperti yang telah dikatakan oleh Margaret mead bahwa tidak benar mengatakan suatu kelompok kecil tidak bisa merubah dunia. Tidak, sekecil apapun kontribusi yang kita lakukan untuk dunia, perubahan akan tetap terjadi. Jadi jangan pernah menunggu seseorang atau sesuatu terjadi. Tomorrow is the first blank of 365 page of book, write a good one!
Continue reading Kolaborasi Untuk Negeri ; Membangun Relasi Nyata Untuk Langkah Besar Perubahan