Sabtu, 16 April 2022

 
Masalalu, berisi dongeng-dongeng indah yang membentuk karakter diri, selayaknya perca dengan beragam motif yang tak lain da tak bukan adalah peristiwa. Berwarna-warni dengan beragam suka.. beragam duka..
Sekilas rajutan perca memang terlihat acak, namun dia adalah pakaian yang saat ini kita kenakan.  Semakin banyak proses yang kita jalani, semakin pakaian itu indah dan melindungi kita di badai-badai maupun musim semi yang akan datang.
Pengalaman dan masalalu, adalah hal-hal yang kita bawa menuju masa depan. Kita mungkin tidak hidup di masa lalu, tapi masa lalu hidup di dalam diri kita. Seperti perca, dengan warnanya yang acak, semua orang jika diberi kesempatan akan memilih kain seperti apa yang akan mereka jahit. Kain-kain yang bermotif cerah, bahagia dan tentram adalah kesukaan semua orang.  Namun nyatanya, kita semua tak diberikan kesempatan untuk itu.. manusia tidak diberikan pilihan untuk memilih..
Aku percaya, masa depan adalah masa terbaik yang harus dihadapi. Masalalu adalah masa yang sudah berakhir yang dipenuhi catatan evaluasi. Langkah demi langkah tertiti dari masalalu, dan yang harus kita tatap adalah masadepan.
Namun.. Jika boleh untuk kembali beberapa detik saja untuk menyampaikan apa yang perlu diperbaiki
Maka yang kupilih adalah membangun diriku dengan lebih baik, membangun hubungan antar manusia daan hidup semua yang diciptakan Tuhan. Sebab sejatinya manusia tak akan pernah puas dan selalu menginginkan yang terbaik, maka yang kuinginkan pun sama, melakukan yang terbaik .. baik dimasa lalu dan masa depan.
Dalam buku filosofi teras, terdapat kutipan menarik yang kubaca
Percuma kalau kita menjadi bijak dan tahu segala hal, tetapi memutus hubungan dengan sesama. Seabaliknya, percuma juga kita aktif secara sosial, tetapi tidak menggunakan nalar, dan bahkan sampai dikuasai emosi negatif, seperti marah, dengki dan iri hati. Penggunaan nalar dalam hidup sosial berjalan beriringan. Kita semua tahu bahwa hidup dengan orang lain pada kenyataannya memang tidak mudah. Setiap hari kita akan berhadapan dengan perilaku orang lain. Para filsuf Stoa menyadari sepenuhnya hal itu”
Sekali lagi, Kita mungkin tidak hidup di masa lalu, tapi masa lalu hidup di dalam diri kita. Kita saat ini adalah versi terbaik kita dimasa lalu jika terus memperbaiki diri, kita tidak tahu dimana ujung perjalanan ini, kita tidak bisa menjanjikan apapun. Tapi, selama kita mampu mengambil hikmah, mimpi-mimpi adalah prioritas dan masalalu adalah pembentuk terbaiknya. -Catatan 2019




Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar