Senin, 09 Desember 2019

Mata Angin Nusantaraku oleh : Erlina Novita


Dengarlah malam mendendangkan lagu-lagu sunyi
Menabuh gendang pada samak kulit sapi yang berdebu
Bunga kamboja jatuh dari pucuk pura
Menyanyikan lirik-lirik pada jiwa yang sedang menyepi
Bersembahyang dengan hening memanjatkan puja bagi Sang Hyang Widhi

Anak gembala meniupkan seruling pesisir
Mengurai angin dari lembah Pajudan
Celurit adalah ungkapan rasa lebih dari aksara
Penghormatan tertinggi atas harga diri manusia

Kuda perkasa berlari dari padang ilalang yang rendah
Anak kerbau tersipu dalam lanskap savanah Sumba
Bapak tua duduk diatas batu yang pecah
Menyesap pinang menikmati angin menyapu air muka yang mengeriput

Bapak tua memejam mata
Menikmati tiap-tiap karunia yang berhamburan di tiap jengkal pandangannya
Kepemilikan rakyat dan adat tanpa adanya sengketa
Tanahku tanah khatulistiwa
Sulur tumbuh dari kayu pancang tenda

Tanahku tanah makmur
Biji Kacang berhambur namun tumbuh subur
Indonesiaku tiga puluh tiga mata angin
Bukan mata arah namun mata budaya
Jangan nodai adat dengan kedurhakaan
Jangan pecah belah tali ibu dengan ujaran kebencian
Tanah ku tanah mu
Mata angin kita bukan hanya empat penjuru

(Bangkalan, 17 Oktober 2019)


0 komentar:

Posting Komentar