Senin, 23 Maret 2020

Masalah Kita Sejak Lahir


Sejak kita lahir, gerakan-gerakan peduli lingkungan terutama tentang plastik telah digalakkan. Banyak informasi mengenai dampak plastik terhadap lingkungan. Namun meskipun lekat dan terngiang-ngiang dalam kehidupan, pengetahuan kita tentang plastik justru masih sangat kurang. Entah tak acuh atau sedang sengaja mengetes kebenaran.  Aktivitas-aktivitas membuang sampah dan konsumsi plastik masih dengan bangga kita lakukan. Tanpa kita sadar kita sedang merakit penyesalan.  Hampir 20 tahun berlalu, dan bom waktu telah meledak. Hampir tak ada tempat untuk sekedar berpijak dari tempat yang bebas dari sampah.  Kita tak punya pilihan selain bergegas mencari solusinya
Sejak kemunculannya, plastik telah menjadi primadona karena daya tahan tinggi dan keefisienannya, plastik dapat menoleransi panas, keras, reliency dan lain-lain, hingga dapat dipastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri. Harga yang lebih murah, komposisi yang ringan serta produksi yang tak terhingga, membuat semua lapisan masyarakat menggunakan plastik dalam keseharian mereka. Namun ada beberapa hal yang masyarakat lupa tidak ketahui dalam penggunaan “tak terbatas mereka” yakni komposisi plastik yang  ternyata membahayakan. Tak disangka, daya tahan plastik yang tinggi juga menjadi masalah karena alam tidak sanggup mengurainya dalam waktu yang singkat. Terlambat kita ketahui “sampah menjadi musuh alam”
Sampah tidak dapat membusuk dan perlu waktu yang lama untuk menguraikannya. Sampah plastik biasa terhitung 10-20 tahun agar bisa hancur, botol plastik dengan polimer yang lebih tebal dan kompleks membutuhkan waktu 100 tahun untuk terurai. Umur mereka bahkan lebih panjang dari umur manusia, hingga ketika kita mati, sampah-sampah yang kita hasilka akan tetap bergentanyangan dimuka bumi dan terus bersama generasi-generasi kita. Atau barangkali sampah-sampah yang menghantui kita dan membuat lingkungan rusak saat ini adalah sampah-sampah yang dihasilkan oleh generasi sebelum kita, kakek nenek kita.
Sejak awal tahun 1970, peringatan tentang bahaya plastik telah didengungkan, litratur ilmiah, pembahasan dalam rubrik-rubrik berita telah mulai membahas mengenai dampak plastik dalam kehidupan. Sayangnya, hanya sedikit reaksi yang ditunjukan oleh beberapa golongan. Waktu dengan cepat berlalu, pertumbuhan industri, modernisasi, pergantian pola kehidupan makin mengagungkan plastik dan membuatnya menjadi properti unggulan yang produksinya jauh lebih bervariasi. Berbagai kualitas ditawarkan, plastik makin massif diproduksi. Disisi lain pula, beberapa plastik seperti plastik kemasan  menjadi barang sekali pakai, pembuangannya tidak terarah dan tidak dengan prosedur yang benar. Masyarakat bergantung pada plastik, begitupun juga pembuangannya yang sembarang semakin membudaya.
Isu sampah plastik telah banyak diangkat menjadi isu global, komunitas-komunitas banyak bergerak dan mulai menstimulus gerakan-gerakan menolak plastik. Pemerintah banyak melakukan pertemuan dan merumuskan gerakan membebaskan dunia dari penyakit plastik.  tapi masyarakat masih saja diam tak acuh. Sampah sampah yang berada dilaut berasal dari aliran sungai yang bermuara, sampah mengalir bersama mereka hingga terombang-ambing dilautan lepas. Ekosistem menjadi rusak, kebanyakan kita berpikir setelah membuang sampah urusan kita selesai, nyatanya itu adalah awal dari kehidupan pengrusakan baru dimulai. Sampah-sampah menjadi parasit dan melukai hewan-hewan. Mematikan tumbuhan.
(Gambar : greeners.Co)
Karena sampah plastik telah menjadi isu utama global, Badan Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah melakukan pertemuan di Nairoby, Kenya pada tahun 2007. Dalam pertemuan tersebut, badan lingkungan PBB mendeklarasikan resolusi tentang sampah plastik dan mikroplastik. Mereka membahas rencana pencegahan dan pengurangan polusi laut secara signifikan.
Dalam upaya mensukseskan resolusi-resolusi pemerintah dan organisasi dunia yang ingin menyelamatkan bumi. Maka masyarakat harus saling bahu membahu dalam seluk beluk penanganannya, masyarakat dilarang acuh apalagi menyepelekan.
Cara- cara mengatasinya harus dilakukan oleh semua elemen atau tatanan dalam masyarakat.  Pemerintah dapat memulai dengan mengatur produsen sehingga bertanggungjawab pada siklus hidup produk-produknya, mulai dari bahan yang digunakan, jenis produk apakah produk yang digunakan adalah sekali pakai atau kemasannya dapat disimpan dan digunakan dan diulang-ulang. Untuk produk-produk yang tidak bertahan lama, kemasan yang digunakan harusnya bersifat organik atau paling tidak mudah terurai. Atau jika perlu,  produk  yang digunakan yakni kemasan harus sesuai dengan expired atau waktu kadaluarsanya. Jadi begitu barang tersebut kadaluarsa, maka tidak perlu digunakan waktu yang lama untuk pembungkus tersebut hilang atau terurai.
Para Produsen yang notabene penghasil sampah plastik karena tingginya pemakaian produksi kemasan harus bertanggungjawab dan menciptakan inovasi untuk siklus hidup produk yang dihasilkannya. Banyak produk-produk terkenal yang mengkampanyekan tentang ‘Daur ulang” mereka melabeli plastik produk mereka dengan produk daur ulang dan mengkampanyekan tentang kepedulian sampah-plastik. Tapi kemudian, apakah hal tersebut benar-benar mereka lakukan? Atau hanya sebatas kampanye openg untuk melindungi produk mereka, atau sekedar permainan dagang?
Kemudian pemerintah harus memperhatikan peta jalan nasional penanganan sampah plastik. Tentang bagaimana kelanjutan sampah ketika sudah sampai di TPA, tentang sampah-sampah tersebut apakah sampah-sampah tersebut bisa hilang dari muka bumi dan tidak ada ruang pembuangan lagi setelah “Tempat Pembuangan akhir”. Apakah sampah-sampah tersebut di proses dengan benar atau hanya sebatas dibuang dilautan lepas atau lahan luas yang pada akhirnya juga merusak ekosistem?  Inovasi-inovasi penanganan sampah harus selalu digiatkan. Para generasi muda, ilmuan, peneliti, masyarakat umum yang memiliki kepedulian dan gagasan dalam pengelolaan sampah harus diberi ruang.
Untuk  masyarakat sendiri, kita semua dapat memulai dari langkah yang paling sederhana, melakukannya dengan tangan kita sendiri kemudian menyebarkannya agar dilakukan oleh masyarakat luar. Langkah sederhana itu disebut dengan 5R:
·         Reduce (Mengurangi)
Artinya, kita dapat mengkampanyekan dunia untuk mengurangi sampah plastik dengan memakai totebag saat berbelanja misalnya, mengganti sedotan plastik sekali pakai menjadi sedotan besi atau bambu
·         Refuse (Menolak)
Kita dapat menolak ketika seseorang memberi kita benda-benda plastik. Ini adalah cara yang paling mudah untuk mengurangi sampah plastik. Dengan kita berani menolak dan memberi tahu sekitar kita, maka sampah plastik akan dapat dikurangi
·         Remove (Memindah/Menghapus)
Cara sederhana adalah membersihkan atau mengambil sampah-sampah yang ada disekitar kita dan meletakkannya di tempat sampah, dengan begitu, lingkungan akan tampak bersih dan sampah-sampah yang dibuang di tempat yang benar juga akan melalui proses-proses yang benar. Berbeda ketika kita enggan mengambil sampah tersebut dan membiarkannya tetap beada di tanah, atau genangan air misalnya. Dia akan menjadi pengganggu bagi lingkungan tersebut.
·         Reuse (menggunakan kembali sampah plasik yang masih bisa digunakan)
Yakni memanfaatkan ulang barang-barang bekas dengan tujuan yang sama atau berbeda dari tujuan awalnya, misal menggunakan botol bekas untuk pot bunga ditaman atau memakai kaleng bekas untuk tempat pensil. Prinsip reuse adalah memakai barang-barang atau plastik yang sudah dipakai untuk digunakan kembali. Membawa tumblr sendiri untuk menghindari penggunakan bool kemasan misalnya.
·         Recycle (Mendaur ulang untuk menghindari limbah plastik)
Beberapa kemasan plastik dapat diubah dalam bentuk lain yang bermanfaat bahkan setelah tidak digunakan. Misalnya tas belanja dari kemasan plastik atau boneka dari kain perca.
Dari sini mari saling menekankan bahwa sampah plastik memang tak baik untuk kita. Meskipun kita sudah terdesak, tapi kita masih punya cara untuk mengurangi dampak. Inovasi dan gagasan kita ditunggu maka mari luangkan waktu. Untuk mengkpampnyekan dan menujukan dunia, bahwa dibalik hingar bingar modernisasi dan globalisasi. Kita sedang terpojok.
Sumber : cnn gaya hidup bumi untuk awet muda.

Erlina Novita sari, mahasiswa Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu budaya Prodi Sosiologi Universitas Trunojoyo Madura 2019

0 komentar:

Posting Komentar