Membangun Relasi
Nyata Untuk Langkah Besar Perubahan
Karya: Erlina Novita sari
Never
doubt that a small group of thoughtful commited citizens can change the world:
indeed, it’s the only thing that ever has. – Margareth Mead
Seringkali,
orang beranggapan bahwa sekelompok manusia yang berani melawan arus untuk
sebuah perubahan adalah kumpulan orang dengan usaha yang sia-sia. Mereka menutup
sebelah mata dan meniadakan eksistensi kelompok tersebut karena dianggap keluar
dari kebiasaan dan zona nyaman mereka, tanpa mereka sadari, bahwa kelompok
kecil tersebut adalah power tersembunyi dimasa yang akan datang, atau bahkan
power terpenting yang akan mereka butuhkan untuk keberlangsungn hidup mereka.
Kelompok-kelompok tersebut tersebar dalam banyak aspek bidang, diantaranya bidang
lingkungan, social, healthy life dan banyak lagi. Pertanyaan yang kita angkat kali ini adalah
“Di kubu manakah kita berada sekarang?”
Mari kita
telisik pada sesuatu yang lebih spesifik. Deforestasi hutan yang makin merajalela,
spesies langka yang kian hari makin berkurang populasinya, bahkan ada yang sudah
diprediksi akan punah dalam 5 tahun mendatang. Eksistensi lingkungan hanya
sebatas ruang untuk memperoleh keuntungan bagi manusia semata, tanpa memikirkan
apa yang terjadi dalam jangka 10 tahun yang akan datang. Mulai banyak hati yang
tergerak menyuarakan perubahan-perubahan untuk keberlangsungan alam. Namun
pertanyaannya, sudahkan kita menjadi bagian dari manusia yang membawa perubahan
tersebut? Apakah kita peduli bahwa burung macau spix atau cyanopsitta spixiii sudah dinyatakan punah pada September 2018
lalu? Apakah kita peduli bahwa great
pacific garbage patch atau kumpulan sampah plastic di samudera pasifik
sudah seluas daratan indonesia dan diperkirakan semakin luas setiap tahunnya? Apakah
kita peduli bahwa plastik yang kita gunakan untuk membungkus barang kemudian
dibuang akan teruraikan 50-100 tahun
yang akan datang?
Dimulai
dari pemikiran-pemikiran sederhana kita untuk mau bertanya, apa kontribusi kita
untuk hal tersebut, perubahan bisa terjadi. Apakah hanya berlaku untuk
perubahan di bidang alam dan lingkungan? Tentu tidak. Banyak hal-hal yang perlu
kita rubah dalam kehidupan di dunia ini, banyak masalah-masalah yang harus kita
selesaikan sebagai generasi yang akan memegang jagat dalam kurun waktu 25 tahun
yang akan datang. Namun, dalam bidang apapun yang akan kita gerakan, kita harus
memiliki planning yang tepat untuk perubahan tersebut. Banyak orang
menginginkan perubahan untuk kehidupan yang lebih baik. Namun tak pernah tau
langkah awal untuk memulainya. Everyone
thinks of changing the world but no one thinks of changing himself.
Perubahan diawali oleh diri kita sendiri, dimulai dari pola berfikir kita dan
kebiasaan-kebiasaan kita. Segala gerakan hebat berasal dari dalam diri kita
sendiri.
Namun
apakah cukup jika kita bergerak secara sedirian. sedangkan kekuatan yang lebih
besar bisa kita ciptakan jika kita bergerak secara team, koloni semut jauh
lebih kuat dibandingkan seekor semut yang bergerak sendirian. Itulah mengapa
kita harus bisa menjadi infuencer bagi orang di sekitar kita untuk berani
berubah, setelah menemukan pencerahan pada diri sendiri, saatnya mencari masa
untuk sebuah kelompok perubahan.
Cara-cara
yang dapat kita lakukan untuk menjadi seorang infulencer dimulai dari hal yang
paling dekat dengan kita. Melihat terjadinya
fenomena apatisme yang di alami remaja milenial sudah berada pada tingkat yang
memprihatinkan dimana mulai hilangya interaksi primer yang ditunjukan oleh
sikap asosial remaja. Dimana generasi lebih akrab dengan teknologi dibanding
dengan lingkungan sekitar. Karakteristik milenial yang mengedepankan
kolektivitas, identitas, dan media social,.“Generasi Nunduk’ yang dengan
gamblang menyatakan mereka lebih suka berinteraksi dengan media virtualnya.
Jika hal tersebut terus berlanjut, maka ancaman runtuhnya interaksi primer akan
semakin besar. Melihat hal tersebut, kita bisa mencari jalan untuk mengeluarkan
mereka dari zona nyaman. Menyesuaikan dari karakteristik remaja milenial yang
lebih fleksibel, kita bisa menciptakan zona komunikasi yang lebih santai dan
tidak mengekang, mengarahkan mereka pada
fenomena-fenomena yang sering mereka hilangkan di dunia nyata. Cobalah untuk
mengusik zona nyaman mereka, karena zona yang tidak lagi nyaman, cenderung
mudah untuk menerima suatu perubahan. Langkah kedua yang bisa kita lakukan
adalah perubahan bertahap untuk mengurangi jumlah penentang, yaitu orang-orang
yang menganggap sebelah mata kelompok perubahan. Dengan aksi yang nyata, mereka
akan dapat melihat dan menjadikan hal tersebut sebagai motivasi untuk mengikuti
perubahan yang ada. Langkah ketiga yang bisa kita lakukan adalah menstabilkan
kondisi dari kelompok atau organisasi kearah yang lebih kondusif, dengan
manajemen organisasi yang baru dan suasana yang mengarahkan pada tujuan.
Dengan cara-cara tersebut, maka segala
perubahan yang kita gerakan akan berjalan dengan baik,dengan kolaborasi yang
baik antar individu akan menghasilkan suatu perubahan yang besar. Seperti yang
telah dikatakan oleh Margaret mead bahwa tidak benar mengatakan suatu kelompok
kecil tidak bisa merubah dunia. Tidak, sekecil apapun kontribusi yang kita
lakukan untuk dunia, perubahan akan tetap terjadi. Jadi jangan pernah menunggu
seseorang atau sesuatu terjadi. Tomorrow
is the first blank of 365 page of book, write a good one!
0 komentar:
Posting Komentar